Kelebihan kadar trigliserida lebih sering memberikan keluhan rasa oyong-oyong ; sedangkan kelebihan kolesterol lebih sering memberikan keluhan sakit kepala dan tengkuk, serta pusing berputar (vertigo). Tapi kadang-kadang gejala atau keluhannya bisa tumpang tindih, bisa juga persis sama. Seseorang bisa saja menderita kelebihan kadar trigliserida dengan kolesterol normal, bisa juga kelebihan kadar kolesterol dengan trigliserida normal, bisa juga kelebihan kadar trigliserida sekaligus kelebihan kolesterol. Kadar trigliserida bisa naik turun secara drastis ; bisa naik berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus mg/dl (miligram/desiliter) setelah konsumsi makanan berlemak atau makanan berminyak. Sedangkan naik turunnya kadar kolesterol tidak secepat dan sejauh trigliserida. Jika diobati secara tepat, kadar trigliserida juga bisa turun dengan sangat cepat dan drastis, sedangkan kadar kolesterol umumnya turun secara bertahap.
Bahaya mana, trigliserida atau kolesterol ? Apa komplikasinya ?
Sama bahayanya, karena keduanya sama-sama mengentalkan darah, memperlambat peredaran darah, sehingga memicu kenaikan tekanan darah (tensi) dan memicu penyumbatan pembuluh darah di mana-mana. Jika kadar trigliserida terus-menerus tinggi, komplikasinya juga sama dengan komplikasi kelebihan kolesterol, yaitu antara lain stroke dan penyakit jantung koroner. Hipertrigliseridemia yang berlangsung kronis atau terus-menerus juga merupakan "tiket masuk" ke penyakit diabetes ( kencing manis ).
Banyak penderita trigliserida yang tidak terdeteksi. Keluhan-keluhan akibat hipertrigliseridemia sebenarnya cukup sering dijumpai dan dialami oleh sebagian masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan masyarakat kita dari Sabang sampai Merauke, yang cenderung menyukai makanan yang digoreng, yang digulai (santan), dan yang manis-manis. Banyak di antara kita yang menjalani diet "tiada hari tanpa minyak goreng". Jika anda perhatikan secara detail gejala atau keluhan penyakit ini dan anda coba ingat-ingat kembali, sangat mungkin banyak di antara kita yang pernah mengalaminya. Mungkin juga orang tua kita, anggota keluarga besar kita, teman-teman kita, ada yang pernah atau bahkan sering mengalami keluhan-keluhan akibat hipertrigliseridemia. Banyak di antara penderita hipertrigliseridemia yang tidak menyadari bahwa keluhan-keluhan yang dialami sebenarnya adalah akibat hipertrigliseridemia ; banyak di antara penderita hipertrigliseridemia yang mengira keluhan-keluhan yang dialami adalah akibat hipertensi - padahal bukan. Tidak mengherankan jika di negeri kita masih banyak penderita hipertrigliseridemia yang tidak sembuh walaupun sudah sering berobat, karena tidak diobati sebagai hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia juga masih sepi dari perhatian dunia medis di Indonesia, padahal jumlah penderitanya sangat banyak. Penyakit ini sangat dekat dengan keseharian kita, karena faktor kebiasaan makan yang salah dan karena mayoritas masyarakat kita tidak rajin berolahraga.
Jika di antara anda ada yang mengalami gejala-gejala atau keluhan-keluhan seperti telah dirinci di atas, pertimbangkanlah hipertrigliseridemia sebagai salah satu kemungkinan penyebabnya. Konsultasikanlah keluhan-keluhan anda dengan dokter terdekat anda. Jika ingin memastikan kadar trigliserida dalam darah anda, mintalah pemeriksaan kadar trigliserida.
Di Indonesia (awal tahun 2015), biaya pemeriksaan kadar trigliserida darah di fasilitas laboratorium swasta berkisar antara 35.000,- sampai 55.000,-. Dengan semua penjelasan di atas, tentu dapat dimengerti bahwa hipertrigliseridemia bisa dicegah dengan cara :
Menghindari atau mengurangi konsumsi makanan / minuman yang berlemak atau berminyak.
Menghindari atau mengurangi konsumsi makanan / minuman manis-manis.
Rajin berolahraga sampai berkeringat, 5 kali seminggu.